1. Konsepsi ilmu budaya dasar dalam kesustraaan
1.1.Pendekatan kesustraan
-
Sastra dan seni
Pengertian sastra
Secara
etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata
sas- yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang
berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk..Secara harfiah kata sastra berarti
huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari
bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah
bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga
menjadi kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik
isinya dan indah bahasanya.Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas,
dapat juga dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan
yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu
bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena yang sederhana dan gampang.
Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan
yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan
aktivitas manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra
dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu di
masyarakat dapat menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar
menikmati sastra itu dengan cara mendengar atau membacanya.Batasan sastra
menurut PLATO, adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus
merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan
jauhdari dunia ide.ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai
kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum
formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan bahasayang bermaterikan
kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene Welleck dan
Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam tiga hal :1. Segala sesuatu yang
tertulis2. Segala sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik
dari segi isi maupun bentuk kesusastraannya
3. Sebagai
karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan dan bermediumkan
bahasa.
B. PENGERTIAN
SENI
Dalam bahasa
Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna,
dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah
atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang
kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra
yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau
pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang
disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang.
Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah
ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu
ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di
Barat pada masa lampau.
Dalam bahasa
Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan
artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran
dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang
memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di
dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan
cilpa.
Ars inilah yang
kemudian berkembang menjadi l’arte (Italia), l’art (Perancis), elarte
(Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembangan
sedikit demi sedikit kearah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada
juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan
orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain walaupun
dengan pengertian yang sama. (Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang
berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula
pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang diangkat untuk
istilah kegiatan itu).
Dari dulu
sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam kenyataan karya
sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Karya sastra
dapat memberikan pencerahan pada masyarakat modern. ketangguhan yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan. Di satu pihak, melalui karya sastra, masyarakat
dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa
merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri.
Sastra dapat
memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpikir dan
berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong munculnya
kepedulian, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sastra
mendorong orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur dalam kehidupan dan
menyadarkan manusia akan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, makhluk
sosial dan memiliki kepribadian yang luhur.
Selain
melestarikan nilai-nilai peradaban bangsa juga mendorong penciptaan masyarakat
modern yang beradab (masyarakat madani) dan memanusiakan manusia dan dapat
memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, melatih kecerdasan
emosional, dan mempertajam penalaran seseorang.
Sastra tidak hanya
melembutkan hati tapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada sesama dan
kepada sang pencipta. Dengan sastra manusia dapat mengungkapkan perasaan
terhadap sesuatu jauh lebih indah dan mempesona.
-
Peranan sastra
Semua
sektor kehidupan, seluruh aktivitas manusia tak bisa membebaskan diri dari
bahasa. Bahkan olahraga yang jelas-jelas menitikberatkan pada aktivitas raga,
tetap saja membutuhkan bahasa dalam menumbuhkan dan mengembangkan dirinya.
Dengan cakupan yang begitu dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna.
Demikianlah mahasiswa yang sedang menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka
tak suka berhubungan dengan sastra. Bagaimana dengan puisi dan prosa yang
merupakan bagian dari kesusastraan (baca: sastra yang indah). Apakah puisi dan
prosa juga berguna bagi semua mahasiswa, sehingga bukan saja jurusan bahasa dan
sastra tapi juga jurusan sosial, ekonomi dan eksakta berkepentingan mengkaji
sastra? Apa seorang yang ingin menjadi insinyur, dokter, diplomat, pengusaha,
perwira, pemimpin politik, ahli hukum, negarawan dan ulama, perlu membaca
sastra? Di tahun 60-an, pelajaran kesusastraan masih diajarkan di SMA di semua
bagian A,B dan C (budaya, eksakta dan ekonomi). Tetapi posisinya memang hanya
sebagai pendukung pelajaran Bahasa Indonesia. Tak jarang jam pelajaran
kesusastraan dikanibal oleh pelajaran bahasa. Hal tersebut dimungkinkan, karena
pelajaran kesusastraan tak lebih dari hapalan bentuk-bentuk kesusastraan,
riwayat hidup pengarang, judul karya dan sinopsis buku-buku wajib baca. Tak
pernah ditelusuri secara mendalam (gurunya tak ada yang terdidik ke arah itu)
hakekat kesusastraan itu kaitannya dengan berbagai pemikiran yang ada dalam
kehidupan. Jadinya pelajaran kesusastraan – lebih popular disebut pelajaran
sastra saja – hanya jadi pelajaran tak berguna. Dihapus juga tidak ada
akibatnya. Kesusastraan (prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh
aspek kehidupan. Hanya saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan
imajinasi, sehingga nampak semu. Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan
fenomena hidup beragam dengan mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa penulisnya.
Untuk itu memang diperlukan kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis,
sehingga dunia rekaan di dalam sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek
kehidupan. Kritik sebagai perangkat penting yang sesungguhnya berfungsi
menunjukkan arti kehadiran sastra, kebetulan sangat parah di Indonesia,
sehingga kehadiran sastra semakin tenggelam hanya sebagai hiburan. Sastra
memang memiliki potensi yang hebat untuk menghibur. Dan karenanya sebagai
barang komoditi nilainya tinggi. Kaitannya dengan bisnis dan industri juga
meyakinkan. Sebuah karya sastra dapat meledak, mengalami ulang cetak setiap
tahun dengan oplag raksasa dalam berbagai bahasa. Namun sastra tidak
semata-mata kelangenan, tetapi juga dokumen perjalanan pemikiran yang menjadi
bagian dari perjalanan sejarah. Uncle Toms’s Cabin karya Beecher Stowe yang
melukiskan derita dan nestapa budak kulit hitam di Amerika Serikat, telah
diakui sebagai salah satu pemicu perang Saudara di Amerika dalam rangka
menghapuskan perbudakan.
-
Dokter Zhivago
karya Boris Pasternak melukiskan hidup pelakunya yang bernama Lara yang
melambangkan Ibu Rusia. Pemerintah tirai besi Uni Soviet melarang Pasternak
menerima hadiah nobel, karena novel itu dianggap sebagai potret Rusia yang
tidak dikehendaki oleh pemerintah komunis.
-
Ayat-Ayat Setan
karya Salman Rusdie menimbulkan kegegeran dunia, karena dianggap penghinaan
terhadap Islam, sehingga Ayatulah Khomeini menjatuhkan hukuman mati pada
penulisnya yang berlindung di daratan Inggris. Di Indonesia, Langit Makin
Mendung karya Ki Panji Kusmin, menjadi perkara, sehingga HB Jassin selaku
Pimpinan Redaksi majalah Horison yang memuat cerita pendek itu diajukan ke
pengadilan dan dinyatakan bersalah. Sementara Iwan Simatupang, sengaja menulis
drama “RT 0 – RW 0” (sekalian dipentaskan oleh para mahasiswanya), dalam rangka
memberi kuliah tentang filsafat eksistensialis.
-
Pada 1980 saya
menulis sebuah cerpen SEPI. Sepi sudah saya bacakan di berbagai
tempat: Jakarta, Denpasar, Yogya, Bandung, Leiden, New York, Columbus, Ithaca,
Madison, Berlin, Tokyo, Afrika Selatan, Caribia. Kesan yang didapat oleh
berbagai pendengar bermacam-macam. Apa yang tertangkap oleh pembaca memang
kadangkalam bisa melampaui dari apa yang mendorong dan ingin didapatkan ketika
sastra ditulis. Artinya, sebuah karya sastra, setelah jadi dan dilepaskan
kaitannya dengan penulis, menjadi sebanyak apa yang terbaca oleh pembaca. Bahkan
seorang pembaca yang membaca sebuah karya sastra berkali-kali, akan menemukan
seperti karya baru karena karya itu selalu memberikan nuansa yang lain, sesuai
dengan kondisi dan perasaan yang membacanya.
-
Boen S. Oemarjati
menulis disertasi tentang sajak “Nisan” karya Chairil Anwar yang memberikan
beliau gelar doktor. Padahal sajak itu amat pendek:
a.
Bukan kematian
benar menusuk kalbu
b.
Keridlaanmu
menerima segala tiba
c.
Tak kutahu
seringgi itu atas debu
d.
dan duka maha tuan bertakhta
Sementara
HB. Jassin menulis esei panjang yang mendalam terhadap sajak Sitor Situmorang
yang berjudul Malam Lebaran. Padahal sajak itu hanya terdiri dari satu baris
saja.
Bulan
di atas kuburan. Karya sastra dengan demikian adalah sebuah padatan atau esensi
kehidupan yang disampaikan dengan “indah” oleh penulisnya untuk mempertebal
rasa kemanusiaan. Membacanya, membahasnya, memerlukan ilmu bantu dari berbagai
desiplin, sehingga bila disentuhkan kepada mahasiwa, sastra menjadi semacam
“starter”, pemicu pada penjelajahan pemikiran yang tak terbatas ke segala arah.
Sesuatu yang sangat diperlukan oleh para mahasiswa agar tidak terjebak seperti
tikus masuk perangkap di dalam ilmu yang ditekuninya. Sastra akan mengimbangi
pematangan, pemantapan serta kedewasaan kepribadian seseorang yang tidak diberikan
oleh kurikulum yang hanya ingin mencetak “Manusia Indonesia Yang Cerdas Dan
Kompetitif” sebagaimana yang dicanangkan oleh “Cetak Biru” pendidikan
Indonesia. Pelajar dan mahasiswa tak cukup hanya pintar dan menguasai bidang
keilmuannya, tetapi juga mesti memahami kehidupan, masyarakat dan realita di
mana nanti dia bekerja setelah meninggalkan bangku pendidikan. Kalau tidak, ia
bisa menjadi robot yang pintar tetapi sangat berbahaya bagi kemanusiaan.
-
Hubungan sastra
dan seni dengan ilmu budaya dasar Masalah sastra dan seni sangat erat
hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi – materi yang diulas oleh
ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia
sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya.
Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1. kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .
Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1. kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .
1.2.Ilmu budaya dasar yang berhubungan dengan prosa
-
Pengertian prosa
Prosa adalah
karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata,
dalam setiap baris serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam
puisi.
Prosa berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah "gancaran".
Prosa dapat dibedakan berdasarkan pembabakannya, menjadi :
Prosa berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah "gancaran".
Prosa dapat dibedakan berdasarkan pembabakannya, menjadi :
-
Jenis-jenis prosa
-
5 komponen dalam
prosa lama Prosa
lama adalah
prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,
Prosa lama
1. Statis, lamban perubahannya
2. Istana Sentris,
bersifat kerajaan
3. Bersifat
fantastis, bentuknya hikayat, dongeng
4. Di pengaruhi
sastra Hindu dan Arab
5. Tidak ada pengarang
atau anonim
-
5 komponen prosa
baru
1.
Dinamis, perubahannya cepat
2. Rakyat Sentris,
mengambil bahan dari rakyat sekitar
3. Realistis,
bentuknya roman, novel, cerpen, drama, kisah, dsb.
4. Di pengaruhi
sastra Barat
5. Nama pencipta
selalu dicantumkan
1.3.Nilai nilai dalam prosa fiksi
-
Pengertian prosa
fiksi Prosa Fiksi ialah
prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita
tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan
narasi sugestif/imajinatif.
-
Nilai yg ada
dalam prosa fiksi Sebagai seni yang bertulang panggung cerita, mau tidak mau
karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawa moral, pesam
atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh
pembaca lewat sastra antara lain :
§ Prosa fisksi memberikan kesenangan Keistimewaan
kesenagan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu atau kejadian yang
dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau
tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tidak mungkin dikunjungi
selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing
tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
§ Prosa fiksi memberikan informasi Fiksi memberikan
sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam nivel sering
kita dapat belajar sesiatu uang lebih daripada sejarah atau lapiran jurnalistik
tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehiduoab yang
akan dating atau kehidupan yang asing sama sekali.
§ Prosa fiksi memberikan warisan cultural Prosa fiksi
dapat menstimulai imajinasi, dan merupakan sarana bagi peminfajan uang tak
henti-hentinya dan warisan budaya bangsa. Novel se[erti Siti Nurbaya, salah
asuhan, sengsara membawa nikmat, layar terkembang mengungkapkan impian-impian,
harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya
dihayati oleh generasi kini. Novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi
seperti jalan taka da ujung, missal menggambarkan suatu tindakan heroism yang
mengagumkan dan memberikan kebanggaan, yang oleh generasi muda sekarang tidak
lagi mengalami secara fisik. Dan oleh karena mahasiswa tidak mengalami secara
fisik itulahm jiwa kepahlawanan perlu disentuh melalui hasil-hasil sastra.
§ Prosa memberikan keseimbangan wawasan Lewat prosa
fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-oengalan dengan
banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih
respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda
darioada aoa yang disajikan dalam kehidupan sediri.
-
2 karya sastra
Sastra
Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan
Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa
akarnya berdasarkan Bahasa Melayu
(dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka
sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara
berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
-
Menulis 1 contoh
prosa
Angkaro dan Tunturana
Dua kor
kepiting, Angkaro dan Tuturana, bersahabat karib. Mereka tinggal bersama di
pinggir laut, di balik bebatuan. Mereka bersembunyi karena takut pada orang-orang yang
mencari ikan dan kepiting. Apabila laut pasang, mereka bermain tanpa takut akan
ditangkap manusia.
Pada suatu
malam, ketika bulan purnama, Angkaro dan Tuturana keluar menikmati keindahan
alam.
” Sahabat,
bagaimana kalau kita hiasi punggung kita agar kelihatan menarik ?” kata
Angkaro.
”Bagus
sekali idenya. Kita memang perlu mempercantik diri agar kelihatan menarik.
Tapi, bagaimana caranya ? ” tanya Tuturana.
”Bagini.”sahut
Angkaro, ”Kita lukis punggung kita dengan cat warna-warni yang menarik.”
” Wah,
menarik sekali.Bagaimana kalau aku dulu yang dilukis. Boleh atau tidak ? tanya
Tuturana.
”Baiklah.”kata
Angkaro.
Angkaro
mulai mengukir punggung Tuturana. Punggung Tuturana dihiasi dengan bulatan-bulatan
dari muka ke belakang, dan dari atas ke bawah. Lukisan itu sangat mempesona.
”Sudah
selesai sahabat.”kata Angkaro.
Tuturana
bercermin pada di air laut yang jernih.
“Bagus,
bukan?”tanya Angkaro.
“Bagus
sekali. Terima kasih sahabat.”kata Tuturana,
”Sekarang
giliranku.”kata Angkaro.
Tiba-tiba
air laut surut. Datanglah pencari ikan membawa obor. Kedua ekor kepiting itu
pun terkejut. Berlarilah mereka untuk menghindari bahaya.
”Maaf,
sahabat. Orang-orang sudah datang untuk menangkap kita. Tidak ada waktu lagi
untuk melukis punggungmu.” kata Tuturana.
”Tidak
punggungku harus kamu ukir !” teriak Angkaro.
Melihat
obor-obor semakin dekat, Tunturana menggambari punggng Angkaro dengan dengan
kuas dan cat tanpa bentuk. Punggung Angkaro sekarang penuh dengan garis tidak
karuan karena tergesa-gesa hendak menyelamatkan diri.
Angkaro
terpaksa menerima keadaan. Keduanya berkawan dalam bentuk yang amat berbeda:
Tuturana cantik dan Angkaro jelek.
1.4.Ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan puisi
-
Pengertian puisi
Puisi
adalah karya sastra padat yang sangat hemat dalam penggunaan kata-kata.
Kekuatannya terletak pada kata-kata yang dipilih, dengan prinsip sedikit kata
tapi banyak makna. Dengan kata lain, bisa disimpulkan bahwa puisi adalah
karangan yang terikat oleh pemilihan diksi, rima dan suku kata dengan bentuk
yang berangkap.
Kepuitisan, keartistikan atau
keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun
puisinya dengan menggunakan :
- Figura bahasa (figurative language) seperti gaya personafikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, menarik dan member kejelasan gambaran angan.
- Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
- Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
- Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
- Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
-
Kreativitas penyair
dalam membangun puisinya
Bandung Mawardi
… suasana desa Komplang yang gelap, sepi, dan tidak menyajikan tawaran “apa pun” untuk dinikmati menjadikan Sapardi memutuskan untuk lebih banyak tinggal di rumah. Ia menegaskan, “Mungkin karena suasana yang ‘aneh’ itu menyebabkan saya memiliki waktu luang banyak dan ‘kesendirian’ yang tak bisa saya dapatkan di tengah kota”.
Akan tetapi, tampaknya, keputusannya untuk lebih banyak tinggal di rumah dan menikmati “kesendirian” itu tidak menghentikan kegiatan kluyuran-nya. Adapun kluyuran dimaksud bukan kluyuran dalam arti fisik di dunia nyata, melainkan di dunia batinnya sendiri. Dengan kata lain, Sapardi terus-menerus melakukan pengembaraan. Jelasnya, dengan “masuk ke dalam telinganya sendiri” Sapardi menyusup ke dalam sanubarinya, sambil membongkar-pasang kata, untuk mendengarkan secara lebih jelas dan terang bisikan yang diucapkannya padanya (Soemanto, 2006: 7-8).
Kisah itu dituturkan Bakdi Soemanto dalam buku Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya (2006). Konon perpindahan Sapardi ke rumah di kampung Komplang (Solo) menjadi babak awal proses kreatif menjadi penyair. Sapardi mengakui: “Saya menulis belajar menulis puisi pada bulan November 1957.” Saat itu usia Sapardi 17 tahun. Sapardi mengalami sekian perpindahan rumah sebelum dia bisa dan mau belajar menulis puisi. Sapardi lahir di rumah di kampung Baturono lalu pindah ke rumah di kampung Ngadijayan lalu pindah ke rumah di kampung Komplang. Rumah yang terakhir itu layak dikatakan sebagai rumah biografis dan rumah puisi awal Sapardi Djoko Damono sebelum dia melakukan perpindahan ke rumah-rumah yang lain.
… suasana desa Komplang yang gelap, sepi, dan tidak menyajikan tawaran “apa pun” untuk dinikmati menjadikan Sapardi memutuskan untuk lebih banyak tinggal di rumah. Ia menegaskan, “Mungkin karena suasana yang ‘aneh’ itu menyebabkan saya memiliki waktu luang banyak dan ‘kesendirian’ yang tak bisa saya dapatkan di tengah kota”.
Akan tetapi, tampaknya, keputusannya untuk lebih banyak tinggal di rumah dan menikmati “kesendirian” itu tidak menghentikan kegiatan kluyuran-nya. Adapun kluyuran dimaksud bukan kluyuran dalam arti fisik di dunia nyata, melainkan di dunia batinnya sendiri. Dengan kata lain, Sapardi terus-menerus melakukan pengembaraan. Jelasnya, dengan “masuk ke dalam telinganya sendiri” Sapardi menyusup ke dalam sanubarinya, sambil membongkar-pasang kata, untuk mendengarkan secara lebih jelas dan terang bisikan yang diucapkannya padanya (Soemanto, 2006: 7-8).
Kisah itu dituturkan Bakdi Soemanto dalam buku Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya (2006). Konon perpindahan Sapardi ke rumah di kampung Komplang (Solo) menjadi babak awal proses kreatif menjadi penyair. Sapardi mengakui: “Saya menulis belajar menulis puisi pada bulan November 1957.” Saat itu usia Sapardi 17 tahun. Sapardi mengalami sekian perpindahan rumah sebelum dia bisa dan mau belajar menulis puisi. Sapardi lahir di rumah di kampung Baturono lalu pindah ke rumah di kampung Ngadijayan lalu pindah ke rumah di kampung Komplang. Rumah yang terakhir itu layak dikatakan sebagai rumah biografis dan rumah puisi awal Sapardi Djoko Damono sebelum dia melakukan perpindahan ke rumah-rumah yang lain.
-
Alasan-alasan
yang mendasari penyajian puisi dalam IBD
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
2. Puisi dan keinsyafan / kesadaran individual.
3. Puisi san
keinsyafan sosial.
-
1 contoh puisi
KITA SELALU
BERSAMA
Sedih, sunyi, canda, tawa kita lewati bersama
Kemanapun bagai tali yang telah diikat kuat, yang tak dapat dilepas
Kau hibur aku disaat gundah dan kuhibur kau disaat kau membutuhkan
Kita saling melengkapi satu sama lain
Tapi berbeda
Berbeda pada saat itu
Pada saat waktu tak berpihak kepada kita
Kau dan aku terpisah
Dan akhirnya,
Akhirnya kau meninggalkan aku dengan sosok bayangmu
Bayangmu yang tak tahu dimana tubuhnya
Yang sekarang sudah tak mempunyai hati dan perasaan
Seperti bukan lagi sahabatku
Sedih, sunyi, canda, tawa kita lewati bersama
Kemanapun bagai tali yang telah diikat kuat, yang tak dapat dilepas
Kau hibur aku disaat gundah dan kuhibur kau disaat kau membutuhkan
Kita saling melengkapi satu sama lain
Tapi berbeda
Berbeda pada saat itu
Pada saat waktu tak berpihak kepada kita
Kau dan aku terpisah
Dan akhirnya,
Akhirnya kau meninggalkan aku dengan sosok bayangmu
Bayangmu yang tak tahu dimana tubuhnya
Yang sekarang sudah tak mempunyai hati dan perasaan
Seperti bukan lagi sahabatku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar